Kamis, 14 Januari 2016

Sinergitas Sekolah dan Orangtua

Keberhasilan pendidikan anak didik, dalam praksisnya tidak bisa dilepaskan dari tiga komponen pokok, yaitu orang tua, guru, dan murid. Peran orangtua sangat signifikan relevansinya dengan keberhasilan pendidikan anak didik. Karena itu, peran mereka tidak boleh ditinggalkan dari usaha apa saja dalam dunia pendidikan. Terutama untuk jenjang pendidikan dasar hingga sekolah lanjutan tingkat atas.
Disadari atau tidak, faktor orangtua tidak bisa dilepaskan dalam proses pendidikan yang membutuhkan keterlibatan banyak pihak sebagai pendukung. Tak bisa dipungkiri, semua mengakui perlunya kerja sama antara orangtua dan sekolah atau pelibatan orangtua dalam proses pendidikan. 
Pelibatan orangtua dalam proses pendidikan tidak perlu dengan menunggu hingga timbulnya masalah dalam diri anak didik dan munculnya keterbatasan di pihak sekolah. Bila mau serius memberikan pendampingan yang nyata dan tepat terhadap anak didik, sejak pendaftaran sebagai siswa baru orangtua sudah harus dilibatkan secara penuh. Orangtua harus tahu persis tentang sekolah dan kebijakannya. Dan, sekolah harus sudah mulai memperkenalkan diri sebagai sebuah lembaga yang membantu peran orangtua dalam mendidik anak. 
Fenomena yang berkembang dalam masyarakat kita, sebagian besar masyarakat tidak mengetahui secara benar tentang sekolah dan kebijakannya. Kebanyakan orangtua menyerahkan sepenuhnya pendidikan anaknya kepada sekolah tanpa adanya komunikasi yang intensif mengenai perkembangan pendidikan anaknya dengan sekolah. Akibatnya komunikasi antara orangtua dan sekolah mengalami stagnasi. Bahkan kesan yang muncul di masyarakat sekolah tidak lebih dari sebuah lembaga pengganti peran orangtua.
Perlu diketahui bahwa sekolah bukanlah sebuah lembaga yang mengganti peran orangtua. Karena itu sekolah bukanlah sebagai tempat penitipan anak dari orangtua. Sekolah juga bukanlah tempat untuk melepaskan tanggung jawab orangtua atas anaknya. Walau saat ini amat biasa kedua orangtua bekerja mencari nafkah demi anak, sehingga tidak ada waktu bagi orangtua untuk mendampingi anak. 
Oleh karena itu, penyelenggaraan pertemuan-pertemuan, baik berkelompok atau perseorangan oleh pihak sekolah sebagai salah satu bentuk pelibatan orangtua dalam pendidikan, amat diharapkan. Pertemuan semacam ini hendaknya dilihat dalam perspektif pendidikan. Di situ, sekolah bersama orangtua berbicara bersama untuk menciptakan suasana kerja sama yang sinergis, yang saling mendukung dalam mendampingi anak yang sedang membutuhkannya. 
Pertemuan itu akan menjadi efektif dan bermanfaat bila dihadiri orangtua sendiri, bukan diwakilkan alias hanya sekadar untuk mengisi daftar presensi sebagai bukti memenuhi undangan sekolah. Pertemuan akan menyenangkan bila bersifat proaktif artinya, diadakan bukan karena ada masalah berat tentang anak. Pertemuan akan menumbuhkan kepercayaan bila terjadi dialog sehat, orangtua menerima informasi yang benar dari sekolah dan sekolah menerimanya keluh kesah serta saran-saran dari keluarga. 
Dalam rangka mewujudkan kerja sama yang lebih indah dalam pendampingan anak, orangtua juga diharapkan bersedia aktif memulai kontak dengan sekolah, tidak menunggu datangnya undangan sekolah. Dalam hal ini harus tercipta kesalingan dalam pendidikan. Bila demikian, niscaya sebuah keyakinan dasar yang sama akan tercipta, yaitu sekolah adalah pembantu orangtua dalam mendidik anak, karena seluruh pendidikan anak tidak dapat diserahkan atau diambil alih sekolah. Pada gilirannya, guru meneruskan apa yang sudah dimulai orangtua. 
Bila hal ini sudah terwujud, maka akan tercipta adanya simbiosis mutualisme antara sekolah, anak didik, dan orang tua. Masing-masing di antara mereka merasa saling diuntungkan dan tidak ada yang dirugikan. Orang tua merasa diuntungkan karena kebutuhan anaknya dapat dilayani secara baik oleh sekolah, anak didik merasa diuntungkan karena diperhatikan oleh guru maupun orangtuanya, demikian pula halnya sekolah merasa terbantu karena peran orangtua dalam mendampingi belajar anaknya di rumah.

0 komentar:

Posting Komentar